Sakit di ketiak saya itu ternyata…


Akhir tahun lalu, ada rasa sakit yang tidak biasa di ketiak kiri saya. Kutahan rasa sakit itu sampai kurang lebih satu minggu, berharap bahwa seiring waktu maka rasa sakit itu akan hilang. Cemas rasanya mengingat usia yang sudah tidak muda dan kerentanan akan penyakit, khususnya di area-area sensitif perempuan.

Senin, 28 Desember 2020, saya beranikan diri periksa ke Poli Umum Puskesmas Kecamatan Senen, yang merupakan Faskes Tingkat Pertama program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Walau tidak nyaman dengan sistem antrian yang panjang, namun kali ini saya tetap memilih datang ke sini dibandingkan datang ke klinik swasta. Alasannya karena saya yakin dokter puskesmas akan memberikan rujukan ke dokter spesialis. Berat rasanya membayar biaya pengobatan ke dokter spesialis, jadi tidak salah memanfaatkan porgram JKN yang disediakan BPJS. Toh tiap bulan gaji saya dipotong untuk membayar iurannya.

Terakhir kali saya memanfaatkan fasilitas dari BPJS adalah saat harus operasi gigi bungsu. Alhamdulillah waktu itu dirujuk ke RSAL Mintoharjo yang punya dokter dan fasilitas yang bagus. Alhasil dua gigi bungsu di rahang kanan dan kiri saya tanggal di meja operasi. Prosesnya memang tidak mudah, entah berapa kali harus bolak-balik pendaftaran, datang pagi sekali dan pulang jelang siang, mampir ke beragam poli yang dirujuk, tes di lab, rontgen, dsb. Tidak ada biaya yang kukeluarkan, semua ditanggung oleh BPJS. Puas sekali dengan hasil akhirnya. Terima kasih…

Balik ke cerita awal, dokter umum di Puskesmas merujuk penanganan ketiak saya ke Dokter Spesialis Bedah Umum di RSU Bunda. Sang dokter juga mengingatkan saya untuk segera cari info pendaftaran di Bunda. Untuk mengurangi antrian, sekarang ada sistem pendaftaran melalui Whatsapp (0857-7241-7637). Kontak call center Bunda (1-500-799) juga sangat responsif dan mudah sekali untuk dapat kontak pendaftaran pasien BPJS. Saya membuat janji datang ke RSU Bunda untuk keesokan harinya, Selasa, 29 Desember 2020.

Yang saya perhatikan di Bunda, selain ada bangunan utama rumah sakit, ada juga bangunan 1 lantai khusus pemeriksaan pasien BPJS dan bangunan terpisah untuk pemeriksaan SWAB PCR, Rapid Test Antibody dan semacamnya.

Begitu masuk ruangan, satpam langsung memeriksa suhu tubuh dan bertanya apakah sudah membuat perjanjian melalui whatsapp, kemudian pasien/keluarga pasien diberikan nomor urut antrian pendaftaran. Peralihan dari satu nomor ke nomor berikutnya berjalan relatif cepat, namun sering kali petugas yang hanya satu orang diganggu dengan berbagi pertanyaan dari pasien/keluarga pasien yang baru datang dan membutuhkan informasi. Selain itu, petugas juga kadang harus mengangkat panggilan yang masuk untuk menjelaskan prosedur BPJS di telepon.

Sebagai pasien baru, saya diminta menyerahkan fotokopi surat rujukan dari Faskes Tingkat Pertama, KTP dan Kartu Indonesia Sehat. Masing-masing cukup 1 lembar. Setelah petugas menginput informasi ke dalam sistem, pasien diminta datang ke “Nurse Station” untuk dicek tekanan darah, ditimbang berat badannya serta mengisi informasi umum seputar riwayat penyakit (apakah ada alergi dan apa alasan berobat).

Pendaftaran Pasien BPJS hanya dibuka pada pukul 08.00-12.00 WIB (Senin-Kamis) dan 08.00-11.00 WIB (Jumat). Saya sengaja datang awal agar mendapat nomor antrian pemeriksaan awal. Berhubung jadwal Dokter Bedah Umum dimulai pukul 14.30 WIB, jadi saya bisa pulang dulu ke rumah sebelum pemeriksaan.

Hari itu, saya diperiksa oleh spesialis dokter bedah umum, didampingi dua orang suster. Dokter langsung meminta agar saya menjalani USG Axilla, Berhubung hari sudah sore, jadi saya dijadwalkan USG di instalasi radiologi pada hari Kamis, 31 Desember 2020 pukul 12.00. Suster mengingatkan saya untuk datang 30 menit lebih awal dan menyampikan bahwa saya tidak perlu mendaftar lagi.

Proses USG dilakukan di gedung utama oleh dokter spesialis radiologi. Sambil mengarahkan alat, dokter menyampaikan bahwa ada 3 benjolan yang menurut beliau adalah kelenjar. Sayang, sang dokter tidak banyak berbicara atau menjelaskan apapun, jadi saya harus menunggu penjelasan dari dokter bedah umum saya yang dijadwalkan pada Rabu, 6 Januari 2021.

Di hari pembacaan hasil USG, saya datang ke Bunda pukul 08.05 WIB, saya dapat antrian pendaftaran ketiga dan antrian pertama pemeriksaan dokter bedah umum yang baru akan mulai praktik pukul 14.30 WIB. Saya izin ke suster untuk balik dulu ke rumah sebelum pemeriksaan.

Di ruangan pemeriksaan, dokter memeriksa hasil USG saya, tidak banyak yang disampaikan, namun yang saya ingat, beliau menyampaikan bahwa sakit di ketiak saya itu ternyata kelenjar yang membengkak.

Saya bertanya apakah berbahaya, dia sampaikan bahwa saat ini belum. Kalau dalam 2 (dua) bulan ternyata masih benjol dan tidak ada perubahan, maka saya perlu periksa kembali dan membandingkan hasil USG. Dia bertanya juga apakah ada benjolan di payudara saya. Saya sampaikan bahwa menurut pemeriksaan dokter puskesmas, kondisi payudara saya baik dan tidak ada benjolan. Dokter juga bertanya apakah saya masih merasakan sakit di ketiak saya. Alhamdulillah, ketiak saya sudah tidak nyeri. Si Dokter menyarankan bahwa setelah shaving ketiak agar diberi sabun untuk memastikan tidak ada kuman yang masuk ke dalam.

Setelah selesai pemeriksaan, dokter menulis resep Ibuprofen lagi untuk saya. CD USG dan surat keterangan hasil USG juga diserahkan ke saya dan saya diminta ke loket pengambilan obat. Di loket, petugas menyampaikan bahwa obatnya bisa diminum bila saya merasa nyeri atau bila demam.

Beberapa hari jelang pergantian tahun 2020 sampai beberapa hari di awal 2021 ini saya sempat sangat khawatir karena nyeri di ketiak. Semoga cerita ini hanya sampai di sini saja. Di tengah pandemi yang entah kapan berakhir, semoga ini menjadi pengingat untuk selalu menjaga diri.

Saya ingin fokus menjaga diri dan orang-orang terdekat, memiliki rasa syukur dan kepuasan hidup serta menghindari overthinking.

Semoga Tuhan selalu menjaga kita semua.

Happy New Year 2021!

Leave a comment