.so long and goodbye, my dear.


Seorang teman baik akan pergi mengejar cita-cita dan kuliah di negeri orang… Oops… Sebenarnya ada 5 teman yang akan pergi, tapi karena kedekatan yang lebih-dari-sekedar-kedekatan-antar-teman-biasa, maka rasa kehilangan sudah pasti akan terasa di dalam diri.

Dia bukanlah gambaran teman baik yang ideal buatku (oops…sorry to say, but it’s true,mba=)).

Terlalu lugas, ceplas-ceplos, kadang klo ngomong tuh pedas, kasar, dan gak pandang bulu.

No… No… Aku gak terlalu suka teman yang kurang bisa memilih diksi yang ‘tepat’ dalam menyampaikan emosinya (well, simpelnya, aku ga suka teman yang terlalu banyak ceplas-ceplos=)

Tapi karena satu, dua, tiga, empat, lima dan ternyata banyak kesamaan, kedekatan itu terjalin tanpa kusadari.

Saat itu mungkin dimulai dengan kesamaan kisah cinta (halah!:p) kita berdua.

Kita berdua sama-sama lemah, rapuh dan tahu bahwa selama ini kita berpura-pura untuk kuat dan menerima kenyataan bahwa kami sebenarnya dicampakkan.
Mencari berbagai alasan untuk membenarkan perlakuan yang sebenarnya (menurut kami!:p) tidak pantas kami terima.

Saat dia terpuruk, akulah si kuat.

Saat aku menjadi si lemah, dialah yang berdiri tegak dan menyampaikan semua kata-kata penuh keoptimisan tentang betapa tuhan adil dan bahwa kita akan menemukan ‘the man who cant be moved.’

Kata-kata penuh semangat itu sangat familiar aku dengar.
Oia, aku ingat, kata-kata itulah yang pernah terlontar dari mulutku dulu saat dia terpuruk. Sekarang dia memuntahkan kembali kata-kata yang mirip dengan yang pernah kukatakan untuk ‘menampar’ dia saat rapuh.

Siklus ‘si kuat dan si lemah’ itu selalu saja berputar, bergantian. Tidak pernah berhenti. (Stidaknya sampai sekarang=).

Lucu bila kau merasa bahwa seseorang tidak akan pernah jadi teman baikmu hanya karena kesan pertamanya yang tidak terlalu baik. Kemudian pada kenyataannya, semua berbalik 180 derajat.

Namun, itulah yang terjadi antara diriku dengan teman-baikku-yang-minggu-depan-akan-berangkat-ke-KL-setelah-beragam-ketidakjelasan-program-beasiswa-diknas-ditambah-isu-manohara-ambalat-dan-ganyang-malaysia:p

Banyak hal yang tidak jelas di masa depan (Hmm, tomorrow is a mystery,huh?:p). Tapi jelas sekali aku akan merindukan dia nanti.

Anehnya, saat ini aku tidak (baca: belum) merasa sedih. (Well, sejujurnya lebih terasa sedih karena gak bisa ikut berangkat kuliah bareng mereka di negeri orang:)).

Atau jangan-jangan selama ini aku membohongi diri bahwa aku akan kuat, tidak menangis dan sedih saat dia pergi?

Sama seperti saat dulu az pergi dari hidupku.
I kept pretending that I’ll be ok, I’ll be strong, and I’ll be just fine.
As a matter of fact, 6 months passed by and I am still stranded in the same old place:p (well,it’s NOT something I am proud of!)

Saat ini aku masih kuat. Aku tidak menangis. Aku tidak sedih. Tapi entahlah saat berhari-hari kemudian saat aku mulai sadar bahwa dia tidak ‘benar-benar’ ada di dekat aku, bekerja di daerah Kramat yang dekat dengan kantorku, nebeng ke kampus dengan motorku, berjalan-jalan ke kota tua dengan tas backpack dan kameranya, dan berceloteh dengan gaya ceplas-ceplosnya (yang dulu pernah tidak kusuka!).

Tapi apalagi yang bisa kulakukan?

Aku bilang padanya, ‘ No tears for a brighter future!’
Iya, ini adalah untuk masa depannya.. masa depanku.. masa depan yang lebih baik tentunya=)

At the end, I should be smiling when I see her back slowly moves against me.

Things will never be the same again. But the last two semesters were stories to be remembered and cherished=)

So long and good bye, my dear=)

.benci saja aku!.


Ternyata aku belum bisa melangkah maju meninggalkan dia di masa lalu.
Masih belum mengerti mengapa dia mencampakkanku.
Masih tidak ingin mendekat dengan berbagai hal atau orang yang mengingatkanku terhadapnya.

Aku ingin sendirian, tapi aku ingin dipedulikan.

Hal bodoh yang aku lakukan belakangan ini adalah membenci teman-teman dekatku hanya karena mereka semua ada dalam satu lingkaran pertemanan denganku dan dia.

Aku me-remove teman-teman baikku dari Facebook.

Membuat mereka kesal akan tingkahku. Membuat mereka jengah dan meninggalkanku.
Bahkan aku tidak dapat menjawab pertanyaan mereka, mengapa aku me-remove mereka dalam hidupku?

Kupikir menjauhi tiap sisi tentang dirinya adalah dengan menjauhi teman-temanku yang juga teman-temannya.

Kupikir hal itu akan membuat perasaanku lebih baik.

Aku tidak dapat mengerti diriku sendiri.

Tuhan… Aku selalu saja menyakiti orang-orang terdekatku.

Berharap mereka mau bertahan walau aku bilang aku benci mereka.
Tapi tidak ada teman yang akan bertahan bila terus menerus dikecewakan.

Mungkin aku harus hidup sendiri saja di muka bumi.
Aku benci diriku sendiri.
Benci tidak mampu bertahan.
Benci dikasihani.
Benci mengakui bahwa aku belum bisa meninggalkan semua kenangan itu.

Benci saja aku!!

.bertahanlah baby.


Minggu malam, seperti biasa aku pulang menuju Jakarta untuk kembali beraktivitas lagi di esok hari.
Ini sudah menjadi semacam ritual karena aku gak mau terjebak macet di hari senin pagi dalam perjalanan Tangerang – Jakarta.

Sekarang aku selalu berangkat kerja dan kuliah dengan motor bututku.
13 tahun usianya. Dan sudah 9 tahun dia menemani hidupku.

Mulai dari SMA -sempat ada tragedi nabrak motor guru di tempat parkir=) Motor itu juga yang nemenin aku kursus. Jadi ojek untuk teman-teman yang pulangnya searah denganku. Saat aku kuliah, si baby motor juga setia menemani di Purwokerto. Diajak jalan keliling kampus, kota Purwokerto, dagang sprei di GOR satria, bahkan keliling Barlingmascakeb -Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Kebumen- untuk memenuhi tawaran menjadi adju debat.
Si baby motor selalu setia dan membantuku meraih gelar sarjana.

Sekarang, saat aku bekerja pun, sang motor tetap ada di sampingku. Sudah terlalu tua memang, namun dia tidak pernah banyak merongrong. Tampaknya paham bahwa sang pemilik tidak terlalu telaten. 9 tahun bersamanya, aku tahu apa saja ‘penyakit kambuhan’ si baby; oli samping harus terus tersedia, busi sering brmasalah, penunjuk bensin yang tidak bekerja, aki yang soak, kesulitan menyelah dan sambungan knalpot sering terlepas.

Sering kali banyak orang ‘menyerah’ kalau mau naik si baby. Katanya, terlalu banyak rongrongan. Tapi entah knp, baby selalu ‘nurut’ sama aku.

Di samping dipakai untuk bekerja, baby motor juga diajak ke kampusku di daerah Sudirman. Ya, alasan praktis lah yang membuatku memakai motor di Jakarta ini. Karena kalau tidak, akan habis waktuku menunggu patas yang hanya datang pada jam-jam tertentu dari Tanah Abang ke Kramat (red. Tempat aku kerja). Selain itu, perjalanan dari Kramat ke Sudirman juga menjadi masalah lain. Keluar kantor jam 5 sore dan menuju kampus selalu saja macet. Naik busway ribet ngantri, naik patas 67, lemotnya minta ampun -bisa-bisa sampai kampus udah bubar. Sang baby motor lagi-lagi setia menemani. Bahkan ada langganan tetap kalau mau ke kampus. Jadilah sang baby ojek langganan.

Lalu lintas Jakarta yang padat, membuat baby tampak kelelahan. Tornado 1996-ku kalah bersaing dengan motor-motor keluaran terbaru. Tidak dapat lagi kupacu kencang atau meliuk-liuk melewati mobil serta motor yang mengantri di jalanan padat. Yang terjadi, aku malah kelelahan sampai kampus karena terlalu capek mengendarai motor tua ini.

Mama dan bapak ingin aku mengumpulkan uang untuk membeli motor pengganti. Menunggu gaji ke-13, saran mereka. Setidaknya harus mencari yang lebih muda tahunnya dari pada si Baby.
Tapi ada rasa kehilangan yang amat sangat bila aku harus menjual baby. well, baby memang gak bisa bertahan terlalu lama di Jakarta. Sudah saatnya dia beristirahat.

Aku sayang baby motorku. Satu-satunya sahabat setia yang tidak pernah mengeluh dan selalu ada saat aku membutuhkannya.

Tetap bertahan ya, baby.. Sampai aku dapat gelar masterku.. Amien…

.doubt.


Saat aku mencari pekerjaan, entah apa yang aku kejar. Sejujurnya, aku takut untuk segera lulus kuliah waktu itu. Bahkan menunda kelulusan hingga 4,5 tahun dengan berbagai alasan; karena masa jabatanku yang belum selesai di SEF lah, karena ambisiku untuk jadi juara debat tingkat nasional lah, karena menunggu kepastian beasiswa unggulanku ke Malaysia lah dan beragam alasan semu lainnya..

Stlh 4,5 tahun, aku tahu aku harus segera pergi dari Purwokerto. Targetku hanya ingin cumlaude, artinya, sebelum tahun ke-5 aku harus sudah menyelesaikan semuanya. Aku ingin membanggakan orang tuaku. Ingin mereka bisa salaman dengan pak rektor dan ingin mereka mendengar namaku menggaung di seantero gedung Soemardjito. Tapi setelah lulus, aku takut dan khawatir tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang layak. Hm, bahkan makna layak pun tidak bisa aku terjemahkan. Aku benar-benar tidak punya cita-cita, pekerjaan seperti apa yang kuinginkan. Untuk itulah, aku bahkan tidak tahu apa yang harus aku kejar. Pekerjaan apa yang harus kumiliki.

Setiap kali orang bertanya, aku bingung menjawabnya. Aku tidak cantik, tidak pernah aku cukup percaya diri untuk menjadi PR di perusahaan ternama.

Aku pula tidak cukup kritis dalam menulis, sehingga tidak yakinlah diriku untuk menjadi wartawan.

Aku juga merasa bosan mengajar, maka menjadi guru/ instruktur/ fasilitator/ mentor atau apapun namanya pun aku tidak mau.

Aku seperti tahu apa yang tidak kuinginkan, tapi aku tidak tahu apa yang benar-benar kuinginkan.

Dalam setiap sholatku, aku gagap meminta pada tuhan, pekerjaan apa yang kuingikan, hanya bisa memohon petunjukNya agar aku segera mendapat pekerjaan terbaik -apapun itu.

Satu tahun aku tidak punya pekerjaan tetap. Untung saja, di bulan ke-7, aku mendapat kesempatan beasiswa kuliah S2. Tidak perlulah lagi aku malu bila ada yang bertanya dimana tempatku bekerja. Dengan enteng bisa kujawab, ‘saya sedang melanjutkan studi saya.’

Tapi tetap saja resah terasa. Mau makan dan dapat ongkos transportasi dari mana bila aku tidak bekerja? Bapak ibupun sedang kesulitan. Tidaklah layak aku menengadahkan tangan terus-menerus kepada mereka.

Tiap kali gagal tes di Asian Tiger, Freeport, Premiere Oil, BKPM, DEPKEU dan DEPLU, tiap kali itu pulalah intelektualitasku dipertaruhkan. Tuhan, pekerjaan apa yang layak untukku? Gagal terus, membuatku semakin tidak percaya diri. Atau mungkin karena memang saya melangkah dengan setengah hati kesana, sehingga Tuhan tidak kunjung memberikan amanat pekerjaan itu kepada saya.

Di tengah masa frustasi dan kecewa, seorang teman pernah berkata kepada saya, “Tuhan sedang sibuk mencarikan pekerjaan yang cocok dengan talentamu. Bersabarlah.”

Iya, mgkn tuhan sibuk mencari pekerjaan yang tepat untukku, bahkan diriku sendiri tidak tahu pekerjaan apa yang benar-benar kuinginkan, bagaimana mungkin tuhan bisa meng-ijabah doaku?

Tiap roda akhirnya akan berputar ke atas dan ke bawah.

Tibalah saatnya rodaku di atas. Tiga ujianku di KPPU, DEPT PERDAGANGAN dan DEPT PERHUBUNGAN ternyata diterima hingga tahap akhir. Aku kembali percaya diri. Bahkan menjadi terlalu bingung.

Mana yang harus aku pilih?

Kalaupun sudah kupilih, bagaimana dengan kuliah S2ku?

Bagaimana dengan kesempatanku mendapat double degree di Malaysia?

Banyak sekali kebimbangan. Sungguh manusia memang lemah. Menganggap telah mengerti apa yang diinginkan, namun kemudian menjadi bimbang setelah mendapatkan yang diinginkan.

Aneh! Menjadi seorang PNS tidak pernah ada dalam imajiku. Awalnya hanya tertarik mengikuti euphoria tes CPNS yang bertebaran dimana-mana. Mungkin inilah jalan tuhan untukku. Entah apa yang menggerakkanku untuk ikut melamar.

Mungkin tangan Tuhan yang tak tampak yang membantuku. Sekarang aku hanya menjalankan semua yang ada dihadapanku dan mensyukuri semua yang telah kumiliki. Menikmati tiap rangkaian rencana tuhan atas hidup ini. Begitu pula dengan urusan jodoh.

Hampir 24 tahun hidupku, tidak ada seorang laki-lakipun yang pernah benar-benar peduli padaku. Mereka bilang, aku terlalu sibuk belajar. Apa benar demikian? Tidak! Aku sebenarnya ingin juga merasakan dicintai dan disayangi. Namun, tampaknya aku harus bersabar.

Biarlah nanti aku tidak punya pengalaman berpacaran, tapi sungguh-sungguh akan kuhargai dan sayangi laki-laki kiriman Tuhan untukku. Membayangkan bisa dilamar dan menikah pun terlalu takut kulakukan. Siapa yang mau menerimaku apa adanya?

Sama seperti mencari pekerjaan, aku hanya berpasrah. Lagi-lagi aku tidak tahu laki-laki seperti apa yang kuinginkan. Aku tidak percaya diri. Hanya bisa meminta Tuhan memilihkan yang terbaik untukku. Kemudian, apakah memilih pekerjaan sama dengan menikah? Aku mencari dia. Terlalu berharap dia segera datang.

Tapi apa aku benar-benar siap? Entahlah… Ketidaktahuanku akan masa depan yang membuatku sedih. Mengingat kembali perkataan temanku, mungkin saat ini tuhan sedang sibuk mencarikan pasangan untukku agar nanti bisa saling melengkapi.

Genapkanlah kebahagiaanku ya Allah. Jangan biarkan aku menunggunya terlalu lama… Amin ya rabbal’alamiin..

*seringkali kita tidak tahu apa yang diinginkan. Bila demikian adanya, semoga cahaya Tuhan mampu memberikan arahan menuju kebahagiaan hakiki.

.it’s God’s will.


Beberapa minggu belakangan, ada banyak banget kejadian dalam hidupku. Semua memang sudah diatur Tuhan, walau demikian, ada saja rasa ketar-ketir menghadapi beragam cobaan dan pilihan-pilihan yang dihadapkan Tuhan. Pilihan yang memang harus dipilih, bukan dilewatkan begitu saja.

Akhir bulan lalu, dapat info klo harus ikut diklat Prajabatan di Sawangan Depok. Dapat jatah angkatan pertama dari enam angkatan yang rencananya akan dilakukan. Kaget banget membaca fax yang masuk ke ruang kerja. Isinya jadwal diklat prajabatan golongan III angkatan 1 untuk CPNS Departemen Perdagangan TA 2008. Kaget karena biasanya Prajabatan dilaksanakan menjelang akhir tahun. Dalam prediksiku, setelah Lebaran tahun ini, prajab baru akan dilaksanakan. Ternyata kepala Pusdiklat yang baru punya kebijakan yang baru perihal penyelenggaraan Prajabatan.

Jumat itu pula, aku langsung memberi info ke Pak Ses (red. Bapak Sekretaris Bappebti) yang merupakan atasan langsungku. Menginformasikan bahwa aku dapat undangan Prajabatan mulai tanggal 27 Mei s/d 8 Juni 2009. Bagian Kepegawaian langsung membuatkan Surat Tugas. Pak Ses pun langsung memerintahkan bagian Kepegawaian untuk mengisi kekosongan posisi Sekretaris di ruangannya selama aku diklat nanti.
Aku panik. Baik Pak Ses maupun Pak Agus (red. Dari bagian Kepegawaian), sudah pernah menginformasikan kalau jadwal pelaksanaan diklat akan dipercepat. Bahwa Diklat sangat penting sbg syarat untuk diangkat jadi PNS. Ga boleh gagal. Bahkan sempat menitip pesan untuk terus menjaga kesehatan.

Pengalaman tahun lalu, ada seorang rekan di kantor yang sakit dan gak ikut Diklat Prajabatan. Alhasil, gagal diangkat jd PNS tahun ini. Sedikit tertinggal dr teman seangkatannya.
FYI, tiap CPNS hanya dapat kesempatan maksimal 2 tahun sebelum diangkat jd PNS. Kalau gagal diangkat jadi PNS di tahun pertama, maka hanya ada satu lagi kesempatan di tahun kedua. Kalau gagal lagi, maka mau gak mau harus mengundurkan diri. Kegagalan bisa terjadi kalau tidak lulus diklat prajabatan, gagal tes kesehatan brdasarkan penilaian tim dokter yang ditunjuk Menteri, dan tidak dapat nilai yang memenuhì standar berdasarkan pengawasan harian yang dilakukan oleh atasan.
CPNS adalah masa krusial.

Lalu apa yang membuatku panik? Aku panik karena harus meninggalkan kuliahku selama dua minggu. Brdasarkan jadwal, ujian akhir semester dua akan dilaksanakan tgl 1 Juni. Bila demikian adanya, artinya aku akan tertinggal ujian. Selain itu, tumpukan tugas datang tanpa henti. Aku terpaksa membolos kuliah, tidak mengerjakan tugas2 dan ‘dikarantina’ di Sawangan.

Senin itu,aku langsung membuat surat izin untuk semua dosen. Tentunya dengan melampirkan surat tugas dari kantor. Memohon kebijaksanaan dr para dosen untuk memberikanku izin ‘bolos’ kuliah mereka dan dapat jadwal ujian susulan setelah pulang Prajab. Meminta tolong teman2 Batch 4 untuk membantuku selama aku gak ada di kampus. Minta Tami menyampaikan surat izin ke 6 dosenku.

Senin itu adalah senin terakhir ke kampus. Besok Selasa, aku harus sudah sampai Asrama dan mendaftar ulang. Saat itu, rasanya sangat tidak nyaman. Aku resah, aku menangis. ‘Tuhan, kenapa semua harus terjadi saat ini? Saat aku mendekati ujian, saat aku sudah punya rencana untuk ikut acara outbound bersama kantor di Bandung, saat kondisiku sedang tidak sehat walau sudah dua kali bolak/ik ke Dokter’, batinku.

Kusampaikan ke Bapak dan Mama. Kata mereka, ‘semua adalah sebuah kosekwensi bekerja sambil kuliah, neng, yang sabar ya.. Banyak berdoa dan shalat, mohon kemudahan dan petunjuk. Bukan satu dua kali kamu dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit dalam hidupmu. Selama itu pula Tuhan selalu memberi petunjuk. Jalani saja!’

Hari selasa, sepulang kerja, aku berangkat ke Sawangan bareng om dan tante (red. yang rumahnya juga di daerah Sawangan). Sampai sawangan jam 10 malam dan langsung naik ke asrama. Alhamdulillah tempatnya nyaman dan bersih. Fasilitasnya juga lengkap.

Malam itu, aku gak bisa istrht dgn nyenyak. Pikiran tertinggal ujian masih menghantui. Ada yang pernah bilang, mahasiswa beasiswa tidak bisa ikut ujian susulan.. Astagfirullah, apa aku harus mundur dari kuliah? Kalau nilai semester duaku tidak keluar, aku gak akan lulus=(

Walau resah, aku punya keyakinan bahwa Tuhan akan memberi jalan, makanya aku ‘nekat’ tetap berangkat diklat. Tidak sedikitpun mencoba mundur meminta dispensasi untuk ikut diklat angkatan lain. Kataku, ‘apa yang sudah digariskan Tuhan tidak boleh diganggu gugat. Tuhan sedang menggambar kuasaNya dalam diriku, aku ingin pasrah menerima apapun hasil gambarNya. Kuyakin itulah yang terbaik untukku. Bila aku mengubah rencanaNya atas diriku, maka entah ‘kekacauan’ apa yang aku timbulkan dalam goresan takdirnya. Maka aku berangkat menjalani diklat itu.

Setiap jam 5 pagi harus lari, baris-berbaris, dan senam. Ada seorang anggota POLRI yang memfasilitasi. Kegiatan belajar dimulai pukul setengah 8 pagi dan berakhir di kisaran pukul 18.00 atau 20.30. Malamnya langsung buat laporan dan harus siap presentasi di esok paginya.

Sejujurnya, aku suka diklatnya. Bertemu 34 teman baru dgn beragam latar belakang, dapat jatah makan teratur, kamar asrama senyaman di hotel dan suasana pusdiklat yang asri.
Seandainya tidak harus memikirkan ujian, tugas analisa site plan Nusa Dua saat ini, PR long-term financing& investment, uji regresi dan urusan multivariat di kuliah statistik, laporan analisa kepemimpinan Pak Agus Martowardojo di Bank Mandiri (Tugas ini berhasil di-cover Mba Eno dan Mba Feny!), serta tugas aneh yang harus diselesaikan dengan metode Operations Research.

Banyak sekali memori yang kami lalui bersama. Suasana di kelas pun terasa menyenangkan karena teman-teman prajabatan sangat aktif bertanya, memberi pendapat dan serius dalam diklat ini. beberapa kali kelas kami mendapatka pujian dari widyaiswara. Ya, kami ingin menjadi pioneer bagi angkatan-angkatan selanjutnya. Hanya kesan yang baik dan membanggakan yang ingin kami berikan. karena kami adalah orang-orang pilihan yang berhasil masuk dari ratusan ribu pesaing yang ingin masuk departemen ini.

Aku salut sekali dengan teman-temanku, mereka semua datang dari latar belakang yang berbeda, keluarga yang berbeda; ada yang lulusan university of michigan (dan sudah 9 tahun di amerika sejak lulus sma, pernah bekerja di bank of singapore setelah pulang ke jakarta –namun tetap memutuskan untuk menjadi pns karena dorongan jiwa dan keinginan besar untuk mengabdi kepada masyarakat); ada juga yang sudah menyelesaikan beasiswa s2-nya di australia –padahal di departemen, ijazah s2-nya tidak akan diakui dulu sampai beberapa waktu karena pada saat awal melamar hanya memakai ijazah s1 (ijazah s2-nya waktu itu belum keluar); ada yang sudah bekerja di bank-bank besar -namun tetap memutuskan keluar setelah namanya masuk lolos seleksi cpns depdag; ada pula mba dokter yang walau sedang hamil 6 bulan , namun tetap bersemangat mengikuti seluruh proses karantina –kecuali saat kegiatan lari-lari; ada juga seorang psikolog yang sangat bijak, dewasa dan memiliki pemikiran yang visioner –dia juga yang menjadi tempat teman-teman mencurahkan isi hati :p atau sekedar minta di’baca’ kepribadian melalui tulisan ataupun tanda tangan.

Tiba-tiba, saat kami sedang duduk di meja makan yang sama. Ada sebuah percakapan antara aku dan sang psikolog.

psikolog: nisa, kamu tuh punya bakat loh jadi konselor. kamu coba deh ikutan kursus, supaya kamu bisa jadi konselor. gak perlu ijazah psikolog kok.

aku: oia, mas? kenapa emangnya?

psikolog: kamu punya bakat aja. aku sudah perhatiin sejak kita ada session sama bu tammy (red. bu tammy adalah seorang motivator dari tammy association) waktu kita orientasi tupoksi di kantor pusat. dari pertanyaan yang kamu berikan ke dia, aku tahu kamu punya bakat itu.

aku: emang aku bisa, mas?

psikolog: bisa banget. kamu tahu, waktu aku kuliah dulu, gak semua teman-temanku punya bakat untuk bisa jadi psikolog. banyak yang hanya tahu teori, tapi dalam prakteknya, indera mereka gak peka untuk menganalisa sikap-sikap orang.

aku: dulu, aku bercita-cita masuk di psikologi ui, mas. rezekiku ternyata di ilmu komunikasi unsoed..hehehe

psikolog: kamu tuh suka jalan-jalan ya, nis?

aku: maksudnya apa, mas? iya, aku suka jalan-jalan. buat hiburan aja, mas.

psikolog : mata kamu tuh suka ‘jalan-jalan’, memperhatikan orang-orang. bagimu, bisa memperhatikan tingkah laku mereka adalah kesenangan.

aku: iya sih, mas. aku juga gak ngerti kenapa. tapi aku suka diam, tidak banyak berbicara sambil menganalisa lingkungan tempat aku akan masuk dan berinteraksi. setelah aku merasa nyaman dan tahu sikap seperti apa yang sebaiknya ditunjukkan, baru akan mencoba membuka diriku. aku suka menarik kesimpulan dari sikap-sikap orang di sekelilingku. menurutku, tampaknya ada keajegan dalam sikap-sikap itu. aku bisa coba memprediksi treatment seperti apa yang mereka inginkan, pendekatan apa yang tepat untuk bisa sampai ke hati mereka dan meraih simpati. it seems like you put yourself in their shoes.it’s so simpleto do that if you spare some time to look deeper into them.

psikolog: tuh kan, kamu emang punya bakat, sa

aku: *cengar-cengir sambil tersipu mode : on* *blushing* :)

Satu hal yang sangat kuingat tentang teman-temanku saat prajabatan adalah mengenai idealisme yang masih kuat tentang bagimana seharusnya seorang pegawai negeri sipil bersikap dan bertidak. Kami adalah orang-orang yang marah bila mendengar bahwa kerja PNS hanya bisa santai, baca koran, datang jam 11 ke kantor, istirahat trus pulang jam 2, atau omongan-omongan miring lainnya mengenai kinerja pns. Kami akui bahwa masih ada pendahulu kami yang berbuat demikian, sehingga menyebabkan imej pns menjadi sangat buruk.

Pada kenyataannya, kami harus hadir jam 8 pagi, bekerja keras, pulang pun tidak seperti jadwal. katanya jam 4 sudah bisa pulang, kenyataannya, banyak dari kami yang baru bisa pulang jam 7 malam (paling cepat!), bahkan ada yang berhari-hari harus pulang jam 10 malam. Trus apa bedanya kami dengan pegawai lain yang mungkin gajinya pun lebih besar? Teringat sebuah pernyataan dari teman, ‘suatu saat, aku ingin berteriak dengan bangga bahwa aku adalah abdi masyarakat.’

Iya, pekerjaan ini merupakan suatu kebanggan. Kami pun bertekad untuk memberikan kinerja terbaik, menghilangkan stigma negatif mengenai pns. Semoga idealisme itu tidak luntur seiring waktu.

Di luar kejadian bersama teman prajabatan, saat aku dikarantina, aku sempat sedih dan kecewa sama teman-teman batch 4. Aku merasa ‘ditinggalkan’ saat aku sedang butuh mereka. Butuh mereka untuk menjadi perpanjangan tangan, telinga dan mata, saat tubuh ini absen berada di kelas.
Mungkin mereka terlalu sibuk dengan kerjaan dan kuliah mereka, sehingga belum sempat mengabariku perkembangan di kelas. Tapi saat itu aku sangat kecewa. katanya kita akan saling bantu, katanya kita gak akan meninggalkan teman, namun kemana kalian saat aku butuh? Beragam pikiran negatif menghantui.

Teman-temanku minta maaf, bercerita bahwa situasi mereka pribadi juga sedang sulit, sehingga sibuk dengan urusan masing-masing. Untung saja teman-temanku tidak marah dengan kemarahanku. Mereka menunjukkan perhatian, membantu beberapa tugasku, menenangkanku, membuatku kembali sadar bahwa mereka sayang aku.
“maafin aku yah, batch 4, mba tami, bang sigit, mba nieke, mba eva, mba winda dan mba feny.”

Di minggu terakhir, tanggal 6 juni, ada acara outbound kantor di bandung. Rencananya akan ada acara di sindang reret dan menginap di gh universal, di kawasan setiabudi, bandung. Aku yang sudah semangat ingin mengikuti outbound harus kecewa karena ternyata bentrok dengan prajabatan:(

pak bos sempat bertanya, ‘mba nisa bisa ikut outbound gak?’ aku bilang, ‘saya akan mengusahakan datang dari tempat diklat, pak, nanti saya naik travel, tapi saya belum tahu jadwal diklat hari sabtu sampai jam berapa’

Lagi-lagi aku panik, bertanya ke teman-teman, bagaimana caranya sampai bandung dari sawangan. angkot apa yang harus aku naiki, dimana tempat travel yang bisa aku hampiri dan beragam pertanyaan penanda betapa ‘dodol’-nya aku karena gak paham tentang jalanan ;)

Beberapa teman di asrama memperingatkanku untuk tidak berangkat ke Bandung karena hari senin, kami sudah ujian prajabatan. Kalau aku memaksakan untuk berangkat, aku pasti kecapean. Padahal diklat hari sabtu baru selesai jam 4 sore.

Aku bilang, ‘aku sudah berjanji untuk datangke pak ses untuk datang ke bandung, aku gak mau mengingkari janji itu’. Di tengah kebimbangan, bapakku menguatkanku.
Katanya, ‘neng gak usah bingung, bapak yang akan antar neng ke tempat travel. bapak sudah mencari tempat travel mana yang terdekat dari sawangan. bapak pesan tiket x-trans jam 17.15 di daerah fatmawati. hari sabtu, sepulang neng diklat, bapak jemput naik motor yah…’

Alhamdulillah, lega rasanya, kemudahan itu ditunjukkan oleh tuhan melalui bapakku. He’s the world’s greatest father:) makasih ya, pak…

Jam 4 sore, aku turun dari kelas, bawa pakaian seadanya, yang penting sampai bandung. Aku pamit ke teman-teman untuk ke bandung. Motor bapak sudah menunggu di bawah. Jam 16.15 wib, aku naik motor ke fatmawati. Jalan macet banget. Alhamdulillah, sampai pukul 17.00 wib dan langsung bayar tiket travel.

Tepat pukul 17.15, mobil travelnya datang, aku naik dan mengucapkan terima kasih ke bapak. jalanan ke bandung selalu saja padat di akhir pekan. aku sampai di bandung jam 8 malam. ‘tersesat’ di cihampelas, bingung bagaimana bisa sampai hotel di daerah setiabudi. mau naik taksi, eh, ditolak sama si sopir. katanya, ‘kalau ke sana, mendingan naik angkot aja, neng.’ halah..ni sopir belagu bangett, pasti gara-gara muka gw kucel dan kayak orang udik, sampai-sampai gak yakin kalau gw bisa bayar tuh taksi :) hihihi..

Akhirnya, jalan kaki dulu lah, mencari angkot, alhamdulillah setalah bertanya-tanya, dapat angkot ke arah terminal ledeng. Ternyata gak langsung sampai depan hotel, harus naik angkot lagi. haduh,,,udah malam banget deh. Sendirian di bandung, gak ngerti jalan, cuma bisa pasrah :) Untung ada teteh yang cantik dan baik hati dan nunjukkin dimana hotel yang aku cari. setelah naik angkot kedua, turunlah aku di gh universal

(sekarang aku bisa melihat ‘the big picture’ dari rencana tuhan. beberapa minggu lalu, aku sempat diajak sama mba santi untuk ikut survey lokasi outbound naik mobil kantor. seharusnya aku gak ikut, tapi karena mba lili harus tugas ke dearah pidie, nad, alhasil gak ada yang nemenin mba santi. aku dan mba leli ikut ke bandung untuk survey. karena ikut survey, aku sudah tahu dimana lokasi outboundnya, aku udah coba naik flying fox duluan, udah melihat hotel dan kamarnya duluan, bahkan foto-foto duluan:), intinya, aku sudah outbound lebih dulu, jadi walau aku ketinggalan agenda di sabtu pagi, aku sebenarnya sudah menikmati semuanya duluan – saat aku survey lokasi. see, tuhan sangat baikkk sekali sama aku. tuhan kasih aku jalan dengan mengajakku survey karena ternyata ke depannya, aku akan prajabatan. aku juga tahu dimana hotelnya, sehingga bila nanti aku nyusul, aku gak blank-blank banget:))

Aku sampai hotel jam 9 malam, udah capek banget. Tapi sambutan teman-teman kantor bikin lega. mereka kaget karena aku bisa juga sampai ke sana, padahal aku seharusnya sedang prajabatan. Aku langsung menemui pak ses dan beliau tampak senang karena aku bisa sampai juga ke bandung :) Ngobrol dengan banyak orang, menikmati hidangan dan musik, sampai akhirnya lelah dan masuk kamar pukul 12 malam, menyetel HBO dan nonton ‘you’ve got mail’ sampai akhirnya lelap tertidur. Lelah sekali badan ini, tapi aku senang.

Hari minggu pagi, jam 6 kami senam bersama, sarapan pagi, trus bersiap untuk game selanjutnya di sekitar kolam renang. Aku gak bisa bermain sampai tuntas karena aku sudah memesan tiket travel pulang jam 11 siang. Karena tahu harus belanja oleh-oleh dulu untuk orang rumah, teman di asrama dan teman kampus, aku pamit pulang lebih cepat. Jam 09.30 wib, aku pulang.

Lagi-lagi naik angkot menuju cihampelas. Bertanya diamana toko kartika sari terdekat, eh, malah dibawa ke deket stasiun hall. Jadinya malah jalan-jalan naik angkot keliling bandung :) seruuuu!!! A

Aku cepat-cepat belanja dan setelah itu langsung naik angkot lagi untuk sampai cihampelas. angkotnya ternyata lama bangettt. Kata tukang parkir, angkotnya emang jarang:( hiks.. padahal sebentar lagi jam 11 dan aku gak mau ketinggalan travel-ku.

Setelah lama menunggu, aku dapat angkot yang akan mengantarku ke tempat travel. lagi-lagi harus jalan kaki untuk masuk ke dearah cihampelas karena ternyata angkotnya cuma lewat di ujung jalan. Aku jalan kaki dan nyambung angkot lain sampai akhirnya sampai ditempat kemarin. Aku langsung pesan tiket, petugas langsung berteriak meminta travel yang sudah keluar dari pelataran parkir untuk berhenti. gosh, hampir saja aku ketinggalan.
Alhamdulillah, aku sudah di atas mobil travel dengan tangan kanan dan kiri penuh oleh-oleh.yipppie…

Perjalanan tampak masih lengang, jam 1 siang aku sudah sampai fatmawati, menunggu bapak untuk menjemput kembali ke asrama. jam 2 siang aku sudah sampai asrama.

Dari 22 jam perjalananku ke bandung, 9 jam dihabiskan di motor, di travel dan di angkot, 6 jam kupakai untuk tidur malam, setengah jam di toko oleh-oleh dan hanya 6,5 jam kuhabiskan untuk menikmati outbound di bandung. whatta tiring trip:)

Pulang ke asrama, ternyata aku drop. setelah bertemu teman-teman, aku langsung tidur. Bablas sampai jam setengah 8 malam. Hampir saja aku gak dapat jatah makan malam. Teman-temanku sudah coba mengetuk kamarku, mengajak makan malam, tapi aku gak juga bangun. mereka sudah miskol, mengirim pesan, namun tetap juga aku tidak bangun.

Yah, badanku memang sangat lelah, sampai gak mendengar semua ketukan, miskol ataupun sms mereka. setelah makan, aku kembali ke kamar. 11 modul sudah di depan mata. Besok jam 8 pagi aku ujian yang menentukan kelulusan prajabku, tapi ternyata aku terkapar kelelahan :( hiks…

Tiba-tiba, pintu kamar diketuk, prima, christin, puti dan frida masuk kamar. Memeriksa keadaanku. Saat mereka tahu bahwa badanku panas, aku langsung dibuatkan susu hangat, diminta minum jamu tolak angin, dikasih madu, bahkan pop mie.

Saat mereka tahu aku belum sempat belajar, mereka membantuku. Mereka beratahan sampai jam 11 malam di kamarku, kita belajar bersama, mereka me-review pelajaran yang sejak kemarin sudah mereka pelajari –padahal 11 modulku belum kusentuh sama sekali. Aku hanya mendengarkan ulasan mereka.
Kata prima, ‘mba nisa tenang aja, kita belajar sama-sama ya.’

hm, benar-benar kata-kata yang sangat menenangkan. Makasih ya, prima, puti, christin dan frida, yang sudah mau nemenin aku dan membantuku saat aku panik karena belum siap ujian dan sakit seperti itu.

Setelah mereka keluar kamar, aku langsung tidur. Tidak sanggup lagi untuk belajar lebih banyak modul.
paginya aku coba membaca beberapa halaman, tapi kok kepala rasanya berat.

Jam 7 langsung turun untuk sarapan pagi, jam 8 sudah duduk manis di kursi masing-masing. sebelum ujian dimulai, kami dipersihkan berdoa. aku memilih doa al-insyirah. Memohon kelapangan dan kemudahan dalam menyelesaikan ujian 2,5 jam ini. ada 10 soal dan tiap soal diberikan satu lembar kertas folio. Di akhir sesi ujian, ada 10 lembar kertas folio yang kukumpulkan.
Lega rasanya, entahlah apa yang kujawab, yang penting ujian sudah selesai… yipppie…

Setelah ujian, ada seorang mantan atase perdagangan di amerika yang datang dan berbagi cerita serta pengalaman. jadi semangat sekali mendengarnya, aku ingin menjadi atase perdagangan suatu saat nanti. Akan kukejar cita-citaku itu. semoga tuhan merestui. amien :)

Penutupan diklat akan dilaksanakan jam 5 sore, aku sudah gak sabar ingin pulang karena pada pukul itu juga, teman-teman di kampus sedang mengahadapi ujian akhir semester. i wish i were there with them..

oia, aku lupa, jadwal ujian akhir yang sedianya akan dilaksanakan tanggal 1 juni ternyata di undur menjadi tanggal 8 juni. Alhamdulillah, aku gak akan banyak ketinggalan ujian. Tuhan memang betul-betul baik. Aku malu atas semua prasangka burukku terhadap apa yang dia rencanakan untukku. Prasangka burukku itu hanya menandakan bahwa aku belum benar-benar berpasrah terhadap kehendaknya. teringat kembali kata-kata bapak dan ibu.

‘Semua adalah sebuah kosekwensi bekerja sambil kuliah, neng, yang sabar ya.. Banyak berdoa dan shalat, mohon kemudahan dan petunjuk. Bukan satu dua kali kamu dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit dalam hidupmu. Selama itu pula Tuhan selalu memberi petunjuk. Jalani saja!’

Saat penutupan, kami semua deg-degan menunggu hasil diklat prajabatan. Hanya ada dua keputusan; lulus atau tidak lulus. Saat pengumuman hasil, kami berteriak lega karena ternyata kami semua lulus dengan predikat baik sekali. Yang paling mengagetkan adalah saat namaku disebut-sebut meraih piagam penghargaan sebagai peserta diklat terbaik ke-3. Subhanallah..alhamdulillah

..allahu akbar.

Wajahku kaku dan tegang, berusaha mempercayai pendengaranku. wah, bangga sekali bisa maju bersama mas aji dan intan menerima pengahargaan ini. Difoto bersama kapusdiklat dan perwakilan karopegan. Syukurku tidak ada hentinya.Terimakasih atas bantuan teman-temanku yang setia menemani dan mengajariku belajar malam tadi, terimakasih atas doa kedua orang tuaku, atasanku serta teman-teman batch 4-ku yang selalu siap mendukung.

Aku pulang dari pusdiklat dengan hati senang. Langsung mengabari atasanku bahwa kami semua lulus dan alhamdulillah aku dapat peringkat ke-3. Beliau mengucapkan selamat dan mengabari bahwa hari itu beliau berangkat dinas keBali dan baru akan kembali hari senin depan.

Subhanallah..allahu akbar, lagi-lagi tuhan menunjukkan kuasanya. Aku yang resah, takut dan khawatir dengan ujian akhir di kampus menjadi begitu gembira karena bila pak ses tidak di ruangan, aku bisa lebih santai dan bisa belajar untuk mempersiapkan ujianku dan mengerjakan tugas-tugasku di kantor.
Pun aku tidak perlu izin pulang kantor lebih cepat untuk sampai di kampus jam 5 sore (red. pak ses selalu pulang di atas jam 8 malam, jadi sebagai sekretarisnya, aku harus menemani hingga malam juga).

‘sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan.’

’tidaklah seorang muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundah-gulanaan, hingga duri yang menusuknya, melainkan allah akan menghapuskan sebagain kesalahan-kesalahannya.’ (hr bukhari)

Sekarang aku sedang menjalani UAS bersama batch 4. Tertinggal hanya satu mata ujian, bersyukur karena memiliki teman seperti batch 4, berbahagia karena telah lulus diklat prajabatan, bertemu teman-teman nan hebat dan menginspirasi selama diklat, dan ternyata tetap berhasil ikut outbound di bandung.

Semua rencanaku bisa kujalani dengan baik, bahkan dengan jalan berliku yang membuatku semakin sadar bahwa itulah warna-warni yang tuhan berikan untuk hidupku. Semua keresahan, kegundahan serta prasangka buruk yang aku lontarkan atas kehendak tuhan kepadaku membuatku malu. Aku harus belajar dari semua ini.

Alhamdulillah… tuhanku, sungguh nikmatmu begitu besar kurasakan. Terimakasih atas berbagai kemudahan, jalan, orang tua yang sangat mendukung, teman-teman yang perhatian dan siap membantu dan rencanamu atasku. Semoga aku selalu bisa bersyukur dan mengambil pelajaran dari setiap kisah hidupku. amien…

.what’s worst could happen to me.


Hari ini aku menantang Tuhan. Kumohon padaNya agar hari ini tidak berjalan seperti biasanya. Aku ingin membuat garis putus-putus di antara garis lurus yang kujalani saat ini. Agar garisku tidak melulu garis lurus. Aku ingin melakukan hal-hal baru yang tidak pernah berani kulakukan semenjak dulu. Mendobrak norma dan rutinitas yang selama ini membelenggu, menghalangi dan membuatku takut untuk mencoba.

Pagi ini sengaja kuberangkat lebih pagi ke kantor. Ada upacara memperingati Hari Kebangkitan Nasional ke-101 di Kantor Pusat. Senang rasanya dapat baju KORPRI baru; bukti sebuah identitas baru yang melekat padaku saat ini. Menjadi seorang Abdi Negara… Bangga rasanya berdiri di barisan depan dan mengikuti jalannya upacara. Mencermati setiap detil yang terjadi. Menghayati lagu Indonesia Raya yang dikumandangkan. Mengheningkan cipta sambil mendengarkan iringan lagu. Mendengarkan amanat yang disampaikan Bu Menteri dengan seksama dan akhirnya pulang dengan hati riang=)

Upacara selesai dengan cepat, aku langsung berangkat ke kantorku di Kramat. Menyalakan komputer dan Winamp (untuk mendengarkan suara Lala Suwages mengalun di ruanganku), mengurus berbagai surat yang masuk. Memastikan semua sudah pada tempatnya.

Walau sudah mengucapkan permohonan pada Tuhan, tapi aku sempat berpikir bahwa ini hanya akan menjadi hari yang biasa. Hari yang rutin kujalani tiap hari.

Bangun pagi – Berangkat ke kantor – Bekerja – Berangkat ke kampus – Kuliah – Pulang – Tidur. Siklus yang lama-lama terasa menjemukan walau aku sangat menikmati habisnya 24 jamku untuk semua hal tersebut.

Kutantang tuhan..

Tuhan… ‘What’s the worst thing that could happen to me today, dear God??’

Kerjaan hari ini ternyata terasa menyenangkan=) Entah kenapa. Tapi aku benar-benar menikmati tiap waktu yang berlalu. Sempat ada hal-hal unik.

Mulai dari Pak bos yang bercanda menjodohkanku dengan seorang teman kerja hanya karena badan kami sama2 ndut:) (pliz deh, bos langsung gw tuh pejabat eselon 2. Sempat2nya bcandain gw dgn urusan perjodohan:p ), diiring dengan pemberian uang dari pak bos sesaat setelah beliau menerima honor untuk Wawancara thd Calon Direktur Kepatutan (Wow..mana ada pak bos yang baru saja ditemui stafnya untuk menerima uang honor, membuka amplop dan langsung bilang ‘Saya mau bagi2 rezeki. Uangnya kita bagi tiga ya,mba.. Satu untuk Anggy -yg nganter amplop honor-, satu untuk mba nisa dan yang satu untuk saya.’ Nilainya tdk terlalu besar tapi perhatiannya patut diacungi jempol), dilanjutkan dgn kejadian emosi hati karena harus bolak/ik mengantar surat ke lantai 3,4&5, dan kejadian2 lainnya di hari itu.

Aku baru keluar kantor jam 19.00. Niat mau langsung ke kampus karena sudah 2 jam terlambat dari waktu seharusnya masuk kelas. Tapi ternyata terhenti karena diajak Dena untuk kumpul dan makan merayakan ulang tahunnya. So, dari kantor langsung ke Pizza Hut Atrium.

Makan dengan hati tidak tenang (tapi tetap lahap=p) karena kuliah jam ke-2 juga sudah seharusnya dimulai sekarang. Jam 20.00 aku pamit duluan meninggalkan kumpulan teman-teman yang masih bersenang-senang.

Langsung ngebut ke kampus. Jam 20.30 sampai kampus dan dengan wajah polos meminta maaf krarena terlambat datang. Kuliah berakhir jam 21.15. Otakku brpikir keras…

Aku tdk mau sampai rumah jam 21.30 dan langsung tidur. Tuhan, aku tidak mau mengakhiri hari ini terlalu cepat. Tiba-tiba terlintas ide nyleneh untuk pergi nonton sendirian di Djakarta Theatre 21. Night at Museum 2 ternyata sudah tayang di sana.

Sempat digeleng2i kepala oleh Tami waktu dia tahu aku gak akan langsung pulang, melainkan kabur nonton film jam 22.15. Kulaju kencang motorku. Kawasan Sudirman masih ramai.

Jakarta never sleeps,huh?

Motorku berkejaran dengan mobil lain. Aku ingin segera sampai Djakarta Theatre. Aku ingin menikmati kesendirianku. Menonton sendiri. Mengasingkan diri di tengah keramaian dan hiruk pikuk ibu kota. Kulalui halte Tosari, Menara BCA, Grand Indonesia, Hotel Indonesia Kempinski, Bunderan HI, Plaza Indonesia dan menuju EX.

Tiba-tiba… Motorku melaju perlahan dan akhirnya mati. Something’s wrong with my baby motor… Tebakanku bensinnya pasti habis. Meteran bensin motorku mati dan Jumat minggu kemarin adalah terakhir kalinya aku mengisi penuh tangki motorku. Bodohnya aku. Lupa mengisi bensin lagi=) (uwf…stupid doesnt play *baca: bodoh bukan main:p).

Terpaksa aku menuntun motorku sepanjang EX, melewati Kedutaan Besar Jepang, BANWASLU, dan terus saja ke Kebon Kacang XI. Berjalan tertatih dgn sepatu berhakku mencari pom bensin. Waktu sudah menunjukkan pukul 21.35. Entah mengapa, aku tidak merasa takut atau sedih.

Aku tetap berjalan, tersenyum dan menjawab tantangan Tuhan atas ucapan sesumbarku hari ini=) Hampir 2 KM kutempuh untuk akhirnya dapat bensin eceran di gang2 kecil sepi yang gelap. A

lhamdulillah=)

Kembali kuberkata… ‘Dear God, what’s worst could happen to me after this?’

Aku sgera memacu kencang motorku menuju Djakarta Theatre. Memarkir motorku. Waktu msh menunjukkan pukul 21.50. Film baru akan diputar 20 menit lg. Ak segera parkir dan masuk ke 21. Suasana sangat padat. Maklum, besok hari libur=) Aku mempercepat langkahku ke depan konter tiket. Mengantri dgn tenang dan akhirnya menemukan tulisan:

‘STUDIO 2 : NIGHT AT MUSEUM II – 22.10 (FULL)’

‘Oh dear God… Is this the worst thing happened to me today?’=)

Aku langsung bertanya dan memang tiket ternyata sudah habis. Aku langsung ambil langkah seribu berbalik keluar 21 dan menuju motorku. Ah… Lelah rasanya mengejar 22.10 dgn diiringi tragedi bensin habis dan ternyata aku tidak juga berhasil dapat SATU tiket nonton. Lagi2 aku tersenyum pada Tuhan.

Tuhan…aku bahagia bahwa hari ini benar-benar menjadi hari yang tak biasa untukku. Aku menjawab tantanganMu,Tuhanku…

Aku tetap kukuh berdiri tegak tanpa siapapun di sampingku. Tidak cengeng dan berteriak-teriak bahwa aku adalah orang paling sial di Bumi Indonesia. Semua karena keyakinanku padaMu.

Bahwa Engkaulah yang membuatku kuat. Apapun cobaanmu adalah untuk membuatku lebih kuat. Aku tidak sendiri karena Engkau selalu mengiringi tiap langkah sepiku.

Aku menjawab tantanganMu,Tuhan… Menelaah tiap hikmah dan pelajaran dari semua kejadian ini. Makna akhirnya, mungkin memang aku harus menulis notes ini dan berbagi kisahku=)

At the end of the day, I am still the happiest girl who’s watching UNGU LIVE CONCERT on TV by myself and writing this notes in an empty house. 20 minutes to 12pm and I’m still asking: ‘Dear God, what’s worst could happen to me today?’ =)

.closer to me.


humm… It’s just some facts about me. Maybe it’s not important for you, but it’s important for me=) FYI, It’s even hard for me to list the facts down.. Because I barely recognize myself.

Well, let’s just start this and see how far I understand myself=p

1. I’m a meatlover and a veggy-hater:p (I dont eat vegatables! And I’m wondering why people eat that ‘greeny things.’ They taste weird in my tongue =)hahaha…

2. I have this ‘syndrome of reunion.’ I feel uncomfortable to gather with my friends. I prefer isolate myself, be alone, stay in my room, watch the TV or movies, while my friends gather, hang out and laugh together. I always have excuses for not attending all those ‘party.’ Maybe it seems like I’m building walls around me, well, cant they believe that it’s actually my ‘feeling of fear’?

3. I ever had a ‘weird’ relationship with a boy when I was in Purwokerto. We only communicated through phone and text messages. I never want to meet him, though he insisted me to. He was my elementary friend who happened to be my boyfriend after a coincident phone calls. I called him my sk8ter boi and it’s over now.

4. I always have trouble with love (who doesnt?=p). I had a crush with my elementary mate for two years. Maybe he’s my puppy love=) I think his name is Gatot. I confess it all now=) I was wasting another 3 years of falling in love with James, my junior hi mate. Hmm, the other 3 year was for FRM, my senior hi friend. The longest year was for my ex boyfriend. I love him since the very first time we me, it’s almost 6 years. Do you know what? The common thing about my love stories is I got hurt at the end. None of them cares about me. Love is not something I can ‘buy’ and maybe I dont deserve a happy love life=( That’s why I envy my friends who are in love and being loved. Where should I find him?

5. Mosquitos can easily bite me and left many red signs in my skins=) I really hate them because of that. Btw, We’re talking about 20-30 bites all over my body!! It’s sooo itchy and painful.

6. I love watching movies. I make a list about movies I’ve watched in my laptop since 4 years ago. It’s almost 800 films now and still counting=)

7. My deepest obsession was to be accepted in Psychology Universitas Indonesia. I love paying attention to people’s behavior. I love analyzing the reason why they do certain actions, predicting what will they do in the future and what emotional support they need during the ups and downs. I always believe that people are unique, but in certain conditions, they show common behavior. The more we understand how to treat people good, the more we understand the key to human’s secret life. FYI, I really want to be part of those yellow jackets. Unfortunately (or fortunately?), I wasnt accepted there. But I was so excited to beat them in a national English debate competition last 2007=)) lol…lol…

8. Dunno why, I am good at breaking my friends’ hearts. I am not good at taking care of them and will only make them disappointed at the end. I couldnt explain the reason why=( I’m so sorry,friends…

9. I hate being left. That’s why I choose leaving people than being left. But lately, I have my own Karma. People start leaving me. It breaks my heart. Maybe because I used to leave people in my past. Now it’s time for me being left by others=(

(to be continued)

.i think i’m in autopilot mode.


“How is it now, have you moved on? And do you still think of me, when I’m gone. I think of you, and I just wonder… Where you are and what thoughts are racing through your mind.. Who are you holding now? I hope that you’re happy now and someday I know I will be…”

(I’m learning – part 2; Boyzone)

Jadi teringat lagi lagu ini karena notes seorang teman. Ternyata aku suka sekali lagu ini pada zamannya dulu=)

Pagi ini ada perasaan yang sukar-dijelaskan-dan-entah-apa-namanya. Rasa tidak nyaman, rasa terbebani selayaknya ada tugas berat yang belum dikerjakan atau ada hal yang salah yang dilakukan.

Saat-saat seperti ini, kepekaan panca indra dan keyakinan untuk mengambil keputusan tampaknya buram. Aku seperti mati rasa, atau lebih tepatnya instingku sama sekali tidak berjalan untuk mengarahkanku. Yang ada hanya rasa sukar-dijelaskan-dan-entah-apa-namanya itu.

Aku seperti pada berada sebuah mode, dimana aku menjalani hidup tanpa berfikir dan menganalisa.

Kalau pernah melihat film CLICK, ada sebuah fase yang dilewati oleh Adam Sandler dimana dia menjalani hidupnya, namun seringkali tidak memiliki pengalaman nyata dan bahkan tidak mampu mengingat hal-hal yang telah dilewatinya tersebut. Dia seperti berada dalam ‘autopilot’ mode.

Mungkin itu yang aku alami. Berada dalam kondisi ‘autopilot’. Entah apa penjelasan logisnya, atau memang (lagi-lagi!) itu merupakan mekanisme pertahanan tubuh yang muncul secara alamiah. Bahwa secara sadar ataupun tidak, hidup terus berjalan. Saat seseorang tidak ingin menjalaninya, seperti ada kontrol-tak-kasat-mata (invicible control) terhadap hidup ini.

Hmm, sebuah konsep yang sulit aku jelaskan:( ‘Alam bawah sadarku’ mengatakan tidak, tapi ‘aku seperti tidak punya kontrol atas apa yang aku lakukan. Berbagai hal yang aku lakukan mengalir begitu saja. Seringkali, baru belakangan saja aku berfikir kembali, apakah aku mengambil keputusan yang tepat saat aku berada dalam kondisi ‘autopilot’ tersebut. Seringkali keputusan yang kubuat ternyata tidak membawa kebaikan. Namun tidak bisa kutarik kembali apa yang sudah kuucapkan dan kukatakan. Tidak bisa lagi kuputar waktu saat aku berada dalam kondisi ‘autopilot’ tersebut.

Hmm, kondisi ‘autopilot’ ini tampaknya disalahartikan oleh sebagian orang (*kondisi autopilot sama sekali berbeda dari semi colon phase yang sempat aku tulis di notes sebelumnya). Sesungguhnya, kondisi ‘autopilot’ berlangsung hanya sebentar. Kadang cuma sehari dan mungkin saja berulang di hari-hari lain saat kondisi sedang tidak nyaman buat diriku.

Beberapa kali terjadi saat aku bingung memilih antara DEPHUB, DEPDAG atau kuliah di Malaysia; pekerjaan atau seleksi tes TOFFL untuk aplikasi beasiswa; dan beberapa contoh kasus lain yang terjadi seiring dengan banyaknya pilihan-pilihan yang harus aku buat dalam hidupku. Aku hanya berharap, apa yang mengontrolku (kondisi autopilot itu), tidak membawaku ke sebuah masalah yang hanya akan membuatku menyesal kemudian.

.my personal lab of life.


Kemarin, seorang teman menelepon dari Aussie. Sengaja menanyakan nomor hapeku setelah membaca status serta notes-ku. Aku gak pernah mengira akan menerima telepon itu, terlebih hubungan kami juga tidak terlalu dekat, tapi aku bersyukur, ternyata banyak teman yang ternyata perhatian dengan kondisiku.

Kami ngobrol cukup lama di telepon, berbagi dan aku mendapat banyak sekali masukan. Kemudian aku teringat, betapa Facebook mampu menunjukkan sisi manusiawi tiap manusia, bahkan orang yang kuanggap sempurna dan bahagia seperti temanku itu pun ternyata mengalami jatuh bangun selayaknya diriku. Hm, but that’s not what I’m about to share in this notes:)

Mungkin tepat sekali ungkapan yang mengatakan ‘what you give is what you get’ , karena sungguh, aku yakin bahwa niat baik akan kembali ke kita dalam bentuk kebaikan, selayaknya niat buruk akan menghampiri dalam bentuk keburukan yang akan dialami.

Akhir-akhir ini aku intens ‘berbagi’ lewat facebook, namun di sisi lain, intensitasku menelepon, bahkan mengirim sms berkurang drastis.

Tapi, ternyata aku tetap bisa ‘memantau’ kondisi teman-temanku melalui situs ini.

Aku seperti memiliki ‘laboratorium pribadi’ yang di dalamnya terdapat banyak interaksi yang terjalin antara satu orang dengan orang lainnya. Laboratorium pribadi ini memungkinkanku ‘bereksperimen’ dalam kehidupan. Bukan dalam artian yang negatif tentunya, tapi aku merasa bahwa jalinan pertemanan yang terbentuk di situs ini sebagai ‘dunia kecil’ milikku. Sebuah dunia yang membuatku mampu mengidentifikasi beragam sikap, reaksi, perasaan, bahkan kepribadian teman-temanku. Sebuah hal yang sangat sulit dilakukan di dunia nyata karena adanya keterbatasan waktu dan kesempatan untuk berinteraksi.

Dunia kecil ini adalah tempatku belajar bagaimana bersikap, berfikir serta berbagi.

Aku suka memperhatikan orang, hal ini sudah sejak dulu aku lakukan. Entah mengapa mengamati perilaku orang lain sangat menarik untukku. Aku suka mengetahui apa yang mereka rasakan atau pikirkan dan mencari tahu, apa yang bisa aku lakukan.

Bahkan aku juga mengidentifikasikan diriku ke dalam sikap-sikap tertentu yang ditunjukkan teman-temanku dalam situasi tertentu. Aku belajar bahwa kekecewaan tidak harus selalu direspon dengan kemarahan atau kesedihan (seperti yang selama ini aku lakukan), aku melihat dari orang lain bahwa cara mengatasi kekecewaan sangatlah beragam. Aku mendapatkan alternatif sikap yang bisa juga kuambil dan inilah yang kusebut dengan ‘belajar’.

Lewat status atau notes, bisa aku ketahui bahwa banyak orang yang bersedih, terluka, merasa tersakiti dan kecewa. Terkadang aku memilih diam, tidak memberikan komentar apapun karena kupikir ‘moment’nya tidak pas.

I try to put myself in other’s shoes
Saat mereka mengungkapkannya, bukan berarti mereka berteriak minta dikasihani atau minta bantuan. Seringkali hanya mengungkapkan apa yang dirasa, melepaskan sedikit beban serta ingin didengar.Tanpa perlu penilaian, penghakiman ataupun ceramah panjang lebar tentang apa yang seharusnya dilakukan untuk keluar dari keterpurukan tersebut. Aku berfikir demikian karena itulah yang aku rasakan dalam situasi yang sama.

Oleh karena itu, aku memilih diam. Menunggu waktu yang tepat untuk menunjukkan bahwa aku siap membantu, bahwa aku tahu beban hidup mereka berat, dan aku bersedia meminjamkan bahu, telinga dan hatiku bila mereka mengizinkanku untuk berbagi tangis itu.

Di lain kesempatan, aku melihat betapa kebahagiaan menjadi bagian dari kehidupan teman-temanku, lebih banyak berita tersebar. Hmm, biasanya berita bahagia menyebar dengan lebih cepat. Menurutku, orang lebih mudah berbagi perasaan bahagia dibandingkan perasaan sedih. Bahkan, sebagian orang cenderung tertutup menunjukkan perasaan sakit dan terluka karena tidak mau disebut cengeng, lemah, tidak dewasa, melankolis, atau karena ingin ‘terlihat’ sempurna (sehingga orang lain berfikir bahwa kehidupannya bahagia, semua masalah bisa dihadapi dan diselesaikan, kondisi emosional juga stabil dan semua baik-baik saja dengan dirinya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan -padahal tidak demikian!).

Namun di sisi lain, ada pula orang-orang yang senang berbagi perasaannya, mudah sekali bagi mereka mununjukkan rasa sedih, bahagia, atau kesal. Latar belakang yang berbeda, tentu saja mendasari perbedaan sikap ini.

Perbedaan-perbedaan ini membuatku semakin kaya akan pemahaman tentang manusia.

Aku selalu mencoba memperlakukan teman-temanku dengan istimewa (seistimewa arti hadir mereka dalam hidupku). Dan laboratorium pribadiku ‘mengajariku’ bagaimana memperlakukan mereka dengan tepat.

Lab pribadi ini memberikan ‘kunci’ akan ‘misteri’ sikap manusia dan ‘rahasia’ untuk dekat dengan teman-temanku. Aku belajar bahwa dengan pendekatan dan sikap yang tepat, akan mudah bagi orang lain untuk berbagi apa yang mereka rasakan. Aku belajar ‘membaca’ orang lain melalui tiap perubahan sikap, perasaan, dan pilihan kata yang digunakan. Dan hingga saat ini aku masih belajar untuk bersikap dengan tepat. Inilah manfaat lain yang kudapat dari ‘kecanduanku’ terhadap Facebook.

.sindrom anehku.


I have a confession to make… Entah kenapa, gw punya sindrom yang aneh. Gw selalu takut kumpul reuni or kumpul bareng teman-teman lama! Apalagi klo sudah bertahun-tahun gak ketemu.

Gw selalu saja mencari alasan untuk mangkir dari acara-acara tersebut. Bisa di-cek deh, sejak kuliah di Pwt, gw ga pernah ikut reuni KIR SMAN1TRA. Pdhl KIR bukan hanya sekedar UKM biasa. Kekeluargaan kami terasa sekali. Tp gw tetep ga pernah datang klo diundang.

Trus gw jg menghindari reuni teman-teman SMA. Hanya sekali gw datang. Tahun 2008 lalu, saat buka puasa bersama. Itupun dgn menguatkan jiwa dan jantung. Gw memaksa diri harus datang. Tyt tdk seburuk itu, tp tetap terasa buruk!

Kmrn ada reuni SD, gw jg gak datang. Gw takuuut.. Sumpah takuuut bgt. I hope I cud remove that event from my calender.

Mantan gw jg ada di reuni itu, tambah berat kaki ini melangkah. Akhirnya, gw batal ke reuni.

Trus ada undangan pernikahan teman SMA/kuliah, gw senang diundang, tp gw selalu keringat dingin klo mendekati waktunya utk datang. Badan gw menunjukkan reaksi aneh. Serba sakit dan akhirnya gw ga brngkt lg. Yes,gw brhasil kabur..

Kisah lain, SEF sll rajin bikin reuni. Kmrn ada Friendly Visit, adik-adik dr Pwt datang ke Jkt. I said I wud come. Pgn bolos kuliah manajemen keuangan dan pergi ke PasFes. Tp mendekati detik-detik pukul 8, gw panik mendadak. Malah jd gak berani izin utk gak kuliah. Akhirnya momen berkumpul itu terlewatkan juga. Tp untung jg gw ga dtg. Tyt dosen ManKeu kasih kuis mendadak dr film OTHER PEOPLE MONEY yg qt tonton bareng.

Yang terbaru, hr Sabtu lalu, teman-teman komunikasi ngajak reuni, tp gw gak datang. Alasan gw, kepala gw sakit bgt. Dan emang benar nih kepala ga bs diajak kompromi. Sakit gak ketulungan. Akhirnya, cuma bs titip salam lewat Irma.

Saat banyak teman berkata rindu dengan Purwokerto, tidak sedikitpun gw ingin ke sana! Gak! Purwokerto punya memori yg gak pengen gw ingat. Gak pengen ke sana. Apalagi ketemu banyak teman atau dosen=( Gw merasa tidak nyaman dengan pertemuan-pertemuan itu. Merasa gak cukup penting utk ikut bergabung. Merasa gak punya cerita untuk dibagi. Merasa hidup dengan statis, pdhl teman-teman lain hidup dgn dinamisnya. Merasa sendiri! Dan merasa malu dengan kesendirianku.

Kemudian aku menyadari bahwa aku sangat tertutup. Kemudian aku menilai diriku, entah knp aku merasa rendah diri, tidak yakin dan malu bahkan panik dengan pertemuan-pertemuan itu.

Aku ternyata sering lari dari kenyataan.

Rasa sakit yang muncul tiba-tiba, pening di kepala, perih di perut, pegal di punggung dan berbagai reaksi negatif tubuhku adalah manifestasi kekhawatiranku akan pertemuan dengan teman-temanku. Tp sungguh, gw panik. Gw takut. Gw tidak ingin bertemu=( Gw hanya ingin menghindar. Dan tampaknya, sepanjang hidup, gw terus jadi orang yg lari=(