Beberapa minggu belakangan, ada banyak banget kejadian dalam hidupku. Semua memang sudah diatur Tuhan, walau demikian, ada saja rasa ketar-ketir menghadapi beragam cobaan dan pilihan-pilihan yang dihadapkan Tuhan. Pilihan yang memang harus dipilih, bukan dilewatkan begitu saja.
Akhir bulan lalu, dapat info klo harus ikut diklat Prajabatan di Sawangan Depok. Dapat jatah angkatan pertama dari enam angkatan yang rencananya akan dilakukan. Kaget banget membaca fax yang masuk ke ruang kerja. Isinya jadwal diklat prajabatan golongan III angkatan 1 untuk CPNS Departemen Perdagangan TA 2008. Kaget karena biasanya Prajabatan dilaksanakan menjelang akhir tahun. Dalam prediksiku, setelah Lebaran tahun ini, prajab baru akan dilaksanakan. Ternyata kepala Pusdiklat yang baru punya kebijakan yang baru perihal penyelenggaraan Prajabatan.
Jumat itu pula, aku langsung memberi info ke Pak Ses (red. Bapak Sekretaris Bappebti) yang merupakan atasan langsungku. Menginformasikan bahwa aku dapat undangan Prajabatan mulai tanggal 27 Mei s/d 8 Juni 2009. Bagian Kepegawaian langsung membuatkan Surat Tugas. Pak Ses pun langsung memerintahkan bagian Kepegawaian untuk mengisi kekosongan posisi Sekretaris di ruangannya selama aku diklat nanti.
Aku panik. Baik Pak Ses maupun Pak Agus (red. Dari bagian Kepegawaian), sudah pernah menginformasikan kalau jadwal pelaksanaan diklat akan dipercepat. Bahwa Diklat sangat penting sbg syarat untuk diangkat jadi PNS. Ga boleh gagal. Bahkan sempat menitip pesan untuk terus menjaga kesehatan.
Pengalaman tahun lalu, ada seorang rekan di kantor yang sakit dan gak ikut Diklat Prajabatan. Alhasil, gagal diangkat jd PNS tahun ini. Sedikit tertinggal dr teman seangkatannya.
FYI, tiap CPNS hanya dapat kesempatan maksimal 2 tahun sebelum diangkat jd PNS. Kalau gagal diangkat jadi PNS di tahun pertama, maka hanya ada satu lagi kesempatan di tahun kedua. Kalau gagal lagi, maka mau gak mau harus mengundurkan diri. Kegagalan bisa terjadi kalau tidak lulus diklat prajabatan, gagal tes kesehatan brdasarkan penilaian tim dokter yang ditunjuk Menteri, dan tidak dapat nilai yang memenuhì standar berdasarkan pengawasan harian yang dilakukan oleh atasan.
CPNS adalah masa krusial.
Lalu apa yang membuatku panik? Aku panik karena harus meninggalkan kuliahku selama dua minggu. Brdasarkan jadwal, ujian akhir semester dua akan dilaksanakan tgl 1 Juni. Bila demikian adanya, artinya aku akan tertinggal ujian. Selain itu, tumpukan tugas datang tanpa henti. Aku terpaksa membolos kuliah, tidak mengerjakan tugas2 dan ‘dikarantina’ di Sawangan.
Senin itu,aku langsung membuat surat izin untuk semua dosen. Tentunya dengan melampirkan surat tugas dari kantor. Memohon kebijaksanaan dr para dosen untuk memberikanku izin ‘bolos’ kuliah mereka dan dapat jadwal ujian susulan setelah pulang Prajab. Meminta tolong teman2 Batch 4 untuk membantuku selama aku gak ada di kampus. Minta Tami menyampaikan surat izin ke 6 dosenku.
Senin itu adalah senin terakhir ke kampus. Besok Selasa, aku harus sudah sampai Asrama dan mendaftar ulang. Saat itu, rasanya sangat tidak nyaman. Aku resah, aku menangis. ‘Tuhan, kenapa semua harus terjadi saat ini? Saat aku mendekati ujian, saat aku sudah punya rencana untuk ikut acara outbound bersama kantor di Bandung, saat kondisiku sedang tidak sehat walau sudah dua kali bolak/ik ke Dokter’, batinku.
Kusampaikan ke Bapak dan Mama. Kata mereka, ‘semua adalah sebuah kosekwensi bekerja sambil kuliah, neng, yang sabar ya.. Banyak berdoa dan shalat, mohon kemudahan dan petunjuk. Bukan satu dua kali kamu dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit dalam hidupmu. Selama itu pula Tuhan selalu memberi petunjuk. Jalani saja!’
Hari selasa, sepulang kerja, aku berangkat ke Sawangan bareng om dan tante (red. yang rumahnya juga di daerah Sawangan). Sampai sawangan jam 10 malam dan langsung naik ke asrama. Alhamdulillah tempatnya nyaman dan bersih. Fasilitasnya juga lengkap.
Malam itu, aku gak bisa istrht dgn nyenyak. Pikiran tertinggal ujian masih menghantui. Ada yang pernah bilang, mahasiswa beasiswa tidak bisa ikut ujian susulan.. Astagfirullah, apa aku harus mundur dari kuliah? Kalau nilai semester duaku tidak keluar, aku gak akan lulus=(
Walau resah, aku punya keyakinan bahwa Tuhan akan memberi jalan, makanya aku ‘nekat’ tetap berangkat diklat. Tidak sedikitpun mencoba mundur meminta dispensasi untuk ikut diklat angkatan lain. Kataku, ‘apa yang sudah digariskan Tuhan tidak boleh diganggu gugat. Tuhan sedang menggambar kuasaNya dalam diriku, aku ingin pasrah menerima apapun hasil gambarNya. Kuyakin itulah yang terbaik untukku. Bila aku mengubah rencanaNya atas diriku, maka entah ‘kekacauan’ apa yang aku timbulkan dalam goresan takdirnya. Maka aku berangkat menjalani diklat itu.
Setiap jam 5 pagi harus lari, baris-berbaris, dan senam. Ada seorang anggota POLRI yang memfasilitasi. Kegiatan belajar dimulai pukul setengah 8 pagi dan berakhir di kisaran pukul 18.00 atau 20.30. Malamnya langsung buat laporan dan harus siap presentasi di esok paginya.
Sejujurnya, aku suka diklatnya. Bertemu 34 teman baru dgn beragam latar belakang, dapat jatah makan teratur, kamar asrama senyaman di hotel dan suasana pusdiklat yang asri.
Seandainya tidak harus memikirkan ujian, tugas analisa site plan Nusa Dua saat ini, PR long-term financing& investment, uji regresi dan urusan multivariat di kuliah statistik, laporan analisa kepemimpinan Pak Agus Martowardojo di Bank Mandiri (Tugas ini berhasil di-cover Mba Eno dan Mba Feny!), serta tugas aneh yang harus diselesaikan dengan metode Operations Research.
Banyak sekali memori yang kami lalui bersama. Suasana di kelas pun terasa menyenangkan karena teman-teman prajabatan sangat aktif bertanya, memberi pendapat dan serius dalam diklat ini. beberapa kali kelas kami mendapatka pujian dari widyaiswara. Ya, kami ingin menjadi pioneer bagi angkatan-angkatan selanjutnya. Hanya kesan yang baik dan membanggakan yang ingin kami berikan. karena kami adalah orang-orang pilihan yang berhasil masuk dari ratusan ribu pesaing yang ingin masuk departemen ini.
Aku salut sekali dengan teman-temanku, mereka semua datang dari latar belakang yang berbeda, keluarga yang berbeda; ada yang lulusan university of michigan (dan sudah 9 tahun di amerika sejak lulus sma, pernah bekerja di bank of singapore setelah pulang ke jakarta –namun tetap memutuskan untuk menjadi pns karena dorongan jiwa dan keinginan besar untuk mengabdi kepada masyarakat); ada juga yang sudah menyelesaikan beasiswa s2-nya di australia –padahal di departemen, ijazah s2-nya tidak akan diakui dulu sampai beberapa waktu karena pada saat awal melamar hanya memakai ijazah s1 (ijazah s2-nya waktu itu belum keluar); ada yang sudah bekerja di bank-bank besar -namun tetap memutuskan keluar setelah namanya masuk lolos seleksi cpns depdag; ada pula mba dokter yang walau sedang hamil 6 bulan , namun tetap bersemangat mengikuti seluruh proses karantina –kecuali saat kegiatan lari-lari; ada juga seorang psikolog yang sangat bijak, dewasa dan memiliki pemikiran yang visioner –dia juga yang menjadi tempat teman-teman mencurahkan isi hati :p atau sekedar minta di’baca’ kepribadian melalui tulisan ataupun tanda tangan.
Tiba-tiba, saat kami sedang duduk di meja makan yang sama. Ada sebuah percakapan antara aku dan sang psikolog.
psikolog: nisa, kamu tuh punya bakat loh jadi konselor. kamu coba deh ikutan kursus, supaya kamu bisa jadi konselor. gak perlu ijazah psikolog kok.
aku: oia, mas? kenapa emangnya?
psikolog: kamu punya bakat aja. aku sudah perhatiin sejak kita ada session sama bu tammy (red. bu tammy adalah seorang motivator dari tammy association) waktu kita orientasi tupoksi di kantor pusat. dari pertanyaan yang kamu berikan ke dia, aku tahu kamu punya bakat itu.
aku: emang aku bisa, mas?
psikolog: bisa banget. kamu tahu, waktu aku kuliah dulu, gak semua teman-temanku punya bakat untuk bisa jadi psikolog. banyak yang hanya tahu teori, tapi dalam prakteknya, indera mereka gak peka untuk menganalisa sikap-sikap orang.
aku: dulu, aku bercita-cita masuk di psikologi ui, mas. rezekiku ternyata di ilmu komunikasi unsoed..hehehe
psikolog: kamu tuh suka jalan-jalan ya, nis?
aku: maksudnya apa, mas? iya, aku suka jalan-jalan. buat hiburan aja, mas.
psikolog : mata kamu tuh suka ‘jalan-jalan’, memperhatikan orang-orang. bagimu, bisa memperhatikan tingkah laku mereka adalah kesenangan.
aku: iya sih, mas. aku juga gak ngerti kenapa. tapi aku suka diam, tidak banyak berbicara sambil menganalisa lingkungan tempat aku akan masuk dan berinteraksi. setelah aku merasa nyaman dan tahu sikap seperti apa yang sebaiknya ditunjukkan, baru akan mencoba membuka diriku. aku suka menarik kesimpulan dari sikap-sikap orang di sekelilingku. menurutku, tampaknya ada keajegan dalam sikap-sikap itu. aku bisa coba memprediksi treatment seperti apa yang mereka inginkan, pendekatan apa yang tepat untuk bisa sampai ke hati mereka dan meraih simpati. it seems like you put yourself in their shoes.it’s so simpleto do that if you spare some time to look deeper into them.
psikolog: tuh kan, kamu emang punya bakat, sa
aku: *cengar-cengir sambil tersipu mode : on* *blushing* :)
Satu hal yang sangat kuingat tentang teman-temanku saat prajabatan adalah mengenai idealisme yang masih kuat tentang bagimana seharusnya seorang pegawai negeri sipil bersikap dan bertidak. Kami adalah orang-orang yang marah bila mendengar bahwa kerja PNS hanya bisa santai, baca koran, datang jam 11 ke kantor, istirahat trus pulang jam 2, atau omongan-omongan miring lainnya mengenai kinerja pns. Kami akui bahwa masih ada pendahulu kami yang berbuat demikian, sehingga menyebabkan imej pns menjadi sangat buruk.
Pada kenyataannya, kami harus hadir jam 8 pagi, bekerja keras, pulang pun tidak seperti jadwal. katanya jam 4 sudah bisa pulang, kenyataannya, banyak dari kami yang baru bisa pulang jam 7 malam (paling cepat!), bahkan ada yang berhari-hari harus pulang jam 10 malam. Trus apa bedanya kami dengan pegawai lain yang mungkin gajinya pun lebih besar? Teringat sebuah pernyataan dari teman, ‘suatu saat, aku ingin berteriak dengan bangga bahwa aku adalah abdi masyarakat.’
Iya, pekerjaan ini merupakan suatu kebanggan. Kami pun bertekad untuk memberikan kinerja terbaik, menghilangkan stigma negatif mengenai pns. Semoga idealisme itu tidak luntur seiring waktu.
Di luar kejadian bersama teman prajabatan, saat aku dikarantina, aku sempat sedih dan kecewa sama teman-teman batch 4. Aku merasa ‘ditinggalkan’ saat aku sedang butuh mereka. Butuh mereka untuk menjadi perpanjangan tangan, telinga dan mata, saat tubuh ini absen berada di kelas.
Mungkin mereka terlalu sibuk dengan kerjaan dan kuliah mereka, sehingga belum sempat mengabariku perkembangan di kelas. Tapi saat itu aku sangat kecewa. katanya kita akan saling bantu, katanya kita gak akan meninggalkan teman, namun kemana kalian saat aku butuh? Beragam pikiran negatif menghantui.
Teman-temanku minta maaf, bercerita bahwa situasi mereka pribadi juga sedang sulit, sehingga sibuk dengan urusan masing-masing. Untung saja teman-temanku tidak marah dengan kemarahanku. Mereka menunjukkan perhatian, membantu beberapa tugasku, menenangkanku, membuatku kembali sadar bahwa mereka sayang aku.
“maafin aku yah, batch 4, mba tami, bang sigit, mba nieke, mba eva, mba winda dan mba feny.”
Di minggu terakhir, tanggal 6 juni, ada acara outbound kantor di bandung. Rencananya akan ada acara di sindang reret dan menginap di gh universal, di kawasan setiabudi, bandung. Aku yang sudah semangat ingin mengikuti outbound harus kecewa karena ternyata bentrok dengan prajabatan:(
pak bos sempat bertanya, ‘mba nisa bisa ikut outbound gak?’ aku bilang, ‘saya akan mengusahakan datang dari tempat diklat, pak, nanti saya naik travel, tapi saya belum tahu jadwal diklat hari sabtu sampai jam berapa’
Lagi-lagi aku panik, bertanya ke teman-teman, bagaimana caranya sampai bandung dari sawangan. angkot apa yang harus aku naiki, dimana tempat travel yang bisa aku hampiri dan beragam pertanyaan penanda betapa ‘dodol’-nya aku karena gak paham tentang jalanan ;)
Beberapa teman di asrama memperingatkanku untuk tidak berangkat ke Bandung karena hari senin, kami sudah ujian prajabatan. Kalau aku memaksakan untuk berangkat, aku pasti kecapean. Padahal diklat hari sabtu baru selesai jam 4 sore.
Aku bilang, ‘aku sudah berjanji untuk datangke pak ses untuk datang ke bandung, aku gak mau mengingkari janji itu’. Di tengah kebimbangan, bapakku menguatkanku.
Katanya, ‘neng gak usah bingung, bapak yang akan antar neng ke tempat travel. bapak sudah mencari tempat travel mana yang terdekat dari sawangan. bapak pesan tiket x-trans jam 17.15 di daerah fatmawati. hari sabtu, sepulang neng diklat, bapak jemput naik motor yah…’
Alhamdulillah, lega rasanya, kemudahan itu ditunjukkan oleh tuhan melalui bapakku. He’s the world’s greatest father:) makasih ya, pak…
Jam 4 sore, aku turun dari kelas, bawa pakaian seadanya, yang penting sampai bandung. Aku pamit ke teman-teman untuk ke bandung. Motor bapak sudah menunggu di bawah. Jam 16.15 wib, aku naik motor ke fatmawati. Jalan macet banget. Alhamdulillah, sampai pukul 17.00 wib dan langsung bayar tiket travel.
Tepat pukul 17.15, mobil travelnya datang, aku naik dan mengucapkan terima kasih ke bapak. jalanan ke bandung selalu saja padat di akhir pekan. aku sampai di bandung jam 8 malam. ‘tersesat’ di cihampelas, bingung bagaimana bisa sampai hotel di daerah setiabudi. mau naik taksi, eh, ditolak sama si sopir. katanya, ‘kalau ke sana, mendingan naik angkot aja, neng.’ halah..ni sopir belagu bangett, pasti gara-gara muka gw kucel dan kayak orang udik, sampai-sampai gak yakin kalau gw bisa bayar tuh taksi :) hihihi..
Akhirnya, jalan kaki dulu lah, mencari angkot, alhamdulillah setalah bertanya-tanya, dapat angkot ke arah terminal ledeng. Ternyata gak langsung sampai depan hotel, harus naik angkot lagi. haduh,,,udah malam banget deh. Sendirian di bandung, gak ngerti jalan, cuma bisa pasrah :) Untung ada teteh yang cantik dan baik hati dan nunjukkin dimana hotel yang aku cari. setelah naik angkot kedua, turunlah aku di gh universal
(sekarang aku bisa melihat ‘the big picture’ dari rencana tuhan. beberapa minggu lalu, aku sempat diajak sama mba santi untuk ikut survey lokasi outbound naik mobil kantor. seharusnya aku gak ikut, tapi karena mba lili harus tugas ke dearah pidie, nad, alhasil gak ada yang nemenin mba santi. aku dan mba leli ikut ke bandung untuk survey. karena ikut survey, aku sudah tahu dimana lokasi outboundnya, aku udah coba naik flying fox duluan, udah melihat hotel dan kamarnya duluan, bahkan foto-foto duluan:), intinya, aku sudah outbound lebih dulu, jadi walau aku ketinggalan agenda di sabtu pagi, aku sebenarnya sudah menikmati semuanya duluan – saat aku survey lokasi. see, tuhan sangat baikkk sekali sama aku. tuhan kasih aku jalan dengan mengajakku survey karena ternyata ke depannya, aku akan prajabatan. aku juga tahu dimana hotelnya, sehingga bila nanti aku nyusul, aku gak blank-blank banget:))
Aku sampai hotel jam 9 malam, udah capek banget. Tapi sambutan teman-teman kantor bikin lega. mereka kaget karena aku bisa juga sampai ke sana, padahal aku seharusnya sedang prajabatan. Aku langsung menemui pak ses dan beliau tampak senang karena aku bisa sampai juga ke bandung :) Ngobrol dengan banyak orang, menikmati hidangan dan musik, sampai akhirnya lelah dan masuk kamar pukul 12 malam, menyetel HBO dan nonton ‘you’ve got mail’ sampai akhirnya lelap tertidur. Lelah sekali badan ini, tapi aku senang.
Hari minggu pagi, jam 6 kami senam bersama, sarapan pagi, trus bersiap untuk game selanjutnya di sekitar kolam renang. Aku gak bisa bermain sampai tuntas karena aku sudah memesan tiket travel pulang jam 11 siang. Karena tahu harus belanja oleh-oleh dulu untuk orang rumah, teman di asrama dan teman kampus, aku pamit pulang lebih cepat. Jam 09.30 wib, aku pulang.
Lagi-lagi naik angkot menuju cihampelas. Bertanya diamana toko kartika sari terdekat, eh, malah dibawa ke deket stasiun hall. Jadinya malah jalan-jalan naik angkot keliling bandung :) seruuuu!!! A
Aku cepat-cepat belanja dan setelah itu langsung naik angkot lagi untuk sampai cihampelas. angkotnya ternyata lama bangettt. Kata tukang parkir, angkotnya emang jarang:( hiks.. padahal sebentar lagi jam 11 dan aku gak mau ketinggalan travel-ku.
Setelah lama menunggu, aku dapat angkot yang akan mengantarku ke tempat travel. lagi-lagi harus jalan kaki untuk masuk ke dearah cihampelas karena ternyata angkotnya cuma lewat di ujung jalan. Aku jalan kaki dan nyambung angkot lain sampai akhirnya sampai ditempat kemarin. Aku langsung pesan tiket, petugas langsung berteriak meminta travel yang sudah keluar dari pelataran parkir untuk berhenti. gosh, hampir saja aku ketinggalan.
Alhamdulillah, aku sudah di atas mobil travel dengan tangan kanan dan kiri penuh oleh-oleh.yipppie…
Perjalanan tampak masih lengang, jam 1 siang aku sudah sampai fatmawati, menunggu bapak untuk menjemput kembali ke asrama. jam 2 siang aku sudah sampai asrama.
Dari 22 jam perjalananku ke bandung, 9 jam dihabiskan di motor, di travel dan di angkot, 6 jam kupakai untuk tidur malam, setengah jam di toko oleh-oleh dan hanya 6,5 jam kuhabiskan untuk menikmati outbound di bandung. whatta tiring trip:)
Pulang ke asrama, ternyata aku drop. setelah bertemu teman-teman, aku langsung tidur. Bablas sampai jam setengah 8 malam. Hampir saja aku gak dapat jatah makan malam. Teman-temanku sudah coba mengetuk kamarku, mengajak makan malam, tapi aku gak juga bangun. mereka sudah miskol, mengirim pesan, namun tetap juga aku tidak bangun.
Yah, badanku memang sangat lelah, sampai gak mendengar semua ketukan, miskol ataupun sms mereka. setelah makan, aku kembali ke kamar. 11 modul sudah di depan mata. Besok jam 8 pagi aku ujian yang menentukan kelulusan prajabku, tapi ternyata aku terkapar kelelahan :( hiks…
Tiba-tiba, pintu kamar diketuk, prima, christin, puti dan frida masuk kamar. Memeriksa keadaanku. Saat mereka tahu bahwa badanku panas, aku langsung dibuatkan susu hangat, diminta minum jamu tolak angin, dikasih madu, bahkan pop mie.
Saat mereka tahu aku belum sempat belajar, mereka membantuku. Mereka beratahan sampai jam 11 malam di kamarku, kita belajar bersama, mereka me-review pelajaran yang sejak kemarin sudah mereka pelajari –padahal 11 modulku belum kusentuh sama sekali. Aku hanya mendengarkan ulasan mereka.
Kata prima, ‘mba nisa tenang aja, kita belajar sama-sama ya.’
hm, benar-benar kata-kata yang sangat menenangkan. Makasih ya, prima, puti, christin dan frida, yang sudah mau nemenin aku dan membantuku saat aku panik karena belum siap ujian dan sakit seperti itu.
Setelah mereka keluar kamar, aku langsung tidur. Tidak sanggup lagi untuk belajar lebih banyak modul.
paginya aku coba membaca beberapa halaman, tapi kok kepala rasanya berat.
Jam 7 langsung turun untuk sarapan pagi, jam 8 sudah duduk manis di kursi masing-masing. sebelum ujian dimulai, kami dipersihkan berdoa. aku memilih doa al-insyirah. Memohon kelapangan dan kemudahan dalam menyelesaikan ujian 2,5 jam ini. ada 10 soal dan tiap soal diberikan satu lembar kertas folio. Di akhir sesi ujian, ada 10 lembar kertas folio yang kukumpulkan.
Lega rasanya, entahlah apa yang kujawab, yang penting ujian sudah selesai… yipppie…
Setelah ujian, ada seorang mantan atase perdagangan di amerika yang datang dan berbagi cerita serta pengalaman. jadi semangat sekali mendengarnya, aku ingin menjadi atase perdagangan suatu saat nanti. Akan kukejar cita-citaku itu. semoga tuhan merestui. amien :)
Penutupan diklat akan dilaksanakan jam 5 sore, aku sudah gak sabar ingin pulang karena pada pukul itu juga, teman-teman di kampus sedang mengahadapi ujian akhir semester. i wish i were there with them..
oia, aku lupa, jadwal ujian akhir yang sedianya akan dilaksanakan tanggal 1 juni ternyata di undur menjadi tanggal 8 juni. Alhamdulillah, aku gak akan banyak ketinggalan ujian. Tuhan memang betul-betul baik. Aku malu atas semua prasangka burukku terhadap apa yang dia rencanakan untukku. Prasangka burukku itu hanya menandakan bahwa aku belum benar-benar berpasrah terhadap kehendaknya. teringat kembali kata-kata bapak dan ibu.
‘Semua adalah sebuah kosekwensi bekerja sambil kuliah, neng, yang sabar ya.. Banyak berdoa dan shalat, mohon kemudahan dan petunjuk. Bukan satu dua kali kamu dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit dalam hidupmu. Selama itu pula Tuhan selalu memberi petunjuk. Jalani saja!’
Saat penutupan, kami semua deg-degan menunggu hasil diklat prajabatan. Hanya ada dua keputusan; lulus atau tidak lulus. Saat pengumuman hasil, kami berteriak lega karena ternyata kami semua lulus dengan predikat baik sekali. Yang paling mengagetkan adalah saat namaku disebut-sebut meraih piagam penghargaan sebagai peserta diklat terbaik ke-3. Subhanallah..alhamdulillah
..allahu akbar.
Wajahku kaku dan tegang, berusaha mempercayai pendengaranku. wah, bangga sekali bisa maju bersama mas aji dan intan menerima pengahargaan ini. Difoto bersama kapusdiklat dan perwakilan karopegan. Syukurku tidak ada hentinya.Terimakasih atas bantuan teman-temanku yang setia menemani dan mengajariku belajar malam tadi, terimakasih atas doa kedua orang tuaku, atasanku serta teman-teman batch 4-ku yang selalu siap mendukung.
Aku pulang dari pusdiklat dengan hati senang. Langsung mengabari atasanku bahwa kami semua lulus dan alhamdulillah aku dapat peringkat ke-3. Beliau mengucapkan selamat dan mengabari bahwa hari itu beliau berangkat dinas keBali dan baru akan kembali hari senin depan.
Subhanallah..allahu akbar, lagi-lagi tuhan menunjukkan kuasanya. Aku yang resah, takut dan khawatir dengan ujian akhir di kampus menjadi begitu gembira karena bila pak ses tidak di ruangan, aku bisa lebih santai dan bisa belajar untuk mempersiapkan ujianku dan mengerjakan tugas-tugasku di kantor.
Pun aku tidak perlu izin pulang kantor lebih cepat untuk sampai di kampus jam 5 sore (red. pak ses selalu pulang di atas jam 8 malam, jadi sebagai sekretarisnya, aku harus menemani hingga malam juga).
‘sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan.’
’tidaklah seorang muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundah-gulanaan, hingga duri yang menusuknya, melainkan allah akan menghapuskan sebagain kesalahan-kesalahannya.’ (hr bukhari)
Sekarang aku sedang menjalani UAS bersama batch 4. Tertinggal hanya satu mata ujian, bersyukur karena memiliki teman seperti batch 4, berbahagia karena telah lulus diklat prajabatan, bertemu teman-teman nan hebat dan menginspirasi selama diklat, dan ternyata tetap berhasil ikut outbound di bandung.
Semua rencanaku bisa kujalani dengan baik, bahkan dengan jalan berliku yang membuatku semakin sadar bahwa itulah warna-warni yang tuhan berikan untuk hidupku. Semua keresahan, kegundahan serta prasangka buruk yang aku lontarkan atas kehendak tuhan kepadaku membuatku malu. Aku harus belajar dari semua ini.
Alhamdulillah… tuhanku, sungguh nikmatmu begitu besar kurasakan. Terimakasih atas berbagai kemudahan, jalan, orang tua yang sangat mendukung, teman-teman yang perhatian dan siap membantu dan rencanamu atasku. Semoga aku selalu bisa bersyukur dan mengambil pelajaran dari setiap kisah hidupku. amien…